HARIANMERBABU - Sejumlah pengurus
Muhammadiyah Kota Salatiga menjadi delegasi dalam acara rapat koordinasi
(Rakor) LDK PWM Jawa Tengah sekaligus Dialog Kebangsaan dengan tema “Ikhtiar
Komunitas Menyelamatkan Negeri”, yang diselenggarakan selama 2 (dua) hari yakni
tanggal 22-23 Desember 2023 bertempat di Hotel Mutiara Semarang. Acara diawali dengan laporan Ketua LDK PWM
Jawa
Tengah Dr.
K.R.A.T. AM Juma’i.
Acara Rakor
dihadiri oleh Ketua
LDK PP Muhammadiyah Dr.H. M. Arifin dan Ketua PWM Jateng Dr. KH. Tafsir. Peserta Rakor terdiri dari LDK PDM
Kabupaten dan Kota se-Jawa Tengah dan perwakilan komunitas yang ada di Semarang dan sekitarnya. Ada 21 Komunitas yang hadir antara lain: PITI, OJOL, Muallaf
Center Semarang, FUIS, Gentho Semarang, dan lain sebagainya. Mereka mambacakan sekaligus
menandatangani naskah nota kesepakatan dan komitmen bekerjasama untuk mewujudkan
masyarakat dan umat sejahtera.
Dr. KH. Tafsir selaku Ketua PWM Jateng dalam
sambutannya, menjelaskan bahwa “berdakwah bukan sekedar suara dipodium melalui pengeras suara
dalam bentuk ceramah semata, akan tetapi gerakan dakwah juga membutuhkan kekuasaan, kultur, dan modal
finansial. Muhammadiyah
hadir di lorong gelap, di tempat kotor, seperti tujuan peran dan fungsi PKO
ketika awal dibentuknya. Bisakah Muhammadiyah berada di antara orang pencari
kerja. Kemudian, LDK harus mampu menjadi terpelihara adab dan etika”.
Dr. H. M. Arifin Ketua LDK PP Muhammadiyah menyampaikan “perlu mengelola para komunitas ini
menjadi lebih baik, hidup elegan pada masyarakat, jalan mendaki mewujudkan cita-cita
untuk merdeka”.
Hal senada juga si
sampaikan oleh Drs. Jumari. A, M.Ag serta menekankan bahwa “LDK harus adil, Ihsan, kasih sayang. Jalur berdakwah sudah
harus dengan kasih sayang sesuai dengan zamannya baik dalam kehidupan nyata dan
dunia maya”.
Rangkaian Rakorwil juga diisi
paparan materi dalam dialog kebangasaan bersama Pj. Gubernur Jawa
Tengah yang diwakilkan Kepala Kesbangpol Jawa Tengah yaitu Haerudin, SH.,MH dan
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Ahmad Aziz, SE., M.Si. Untuk
penguatan Lembaga dan komunitas ada materi tentang Capacity Building untuk
Lembaga yang disampaikan oleh Dr. Agus Siswanto Seorang Trainer, Dosen dan
pengusaha.
Haerudin,
SH., MH. dalam paparannya menyampaikan dalam berdakwah itu harus bisa merangkul
berbagai lapisan masyarakat. Toleransi menjadi penting untuk bisa menerima dan
mengakui keberadaan berbagai komunitas yang ada di masyarakat untuk
bersama-sama menjaga keutuhan NKRI.
Sedangkan
Ahmad Aziz, SE., M.Si menyampaikan tentang Kebijakan Pembangunan Daerah tahun
2024 yang diarahkan pada “Peningkatan Perekonomian Daerah Yang Berdaya Saing &
Merata, Didukung Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas”. Harapanya
para Lembaga Dakwah Komunitas untuk bisa bekerja sama dan berkolaborasi untuk
mengurangi kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja. Selain itu Balai Latihan
Kerja yang ada di Jawa Tengah bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas SDM
bagi anggota komunitas paparnya.
Dr. Agus
Siswanto dalam materi Penguatan Lembaga menyampaikan tentang sikap mediokritas
(serba tanggung) dan mentalitas terabas (instan) yang harus di hindari bagi
setiap orang yang ada di persyarikatan ataupun komunitas lainnya. Hal yang bisa
dilakukan adalah dengan membangun learning culture dan culture of excellent.
Membangun learning
culture bisa dilakukan dengan kebiasaan membaca buku bukan malah memelototi
medsos di layar gawai, senang berbagi pengetahuan bukan malah ngrumpi dan
ghibah yang tidak jelas dan menciptakan ide bukan malah sibuk membuat sensasi.
Sedangkan membangun culture of excellent adalah menjadi pribadi yang profesional serta menjadi role model dalam leadership untuk meningkatkan kelembagaan. Untuk itu perlu meningkatkan capacity building dengan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat seperti meningkatkan skill, ikut training, dan selalu belajar menambah wawasan untuk pengembangan diri dan lembaga.
Pada akhir rangkaian kegiatan, para peserta banyak menerima dimensi pengalaman. Dengan harapan dapat dilanjutkan dan diimplementasikan oleh LDK daerah masing-masing, karena banyak pilihan kegiatan dakwah komunitas di setiap daerah sesuai dengan latar belakang dan kondisi kemungkinan yang terjadi di daerah masing-masing tersebut. (**)