SALATIGANEWS.COM - Penasaran dengan namanya yang unik, mantan Pj Wali Kota Salatiga, Sinoeng N Rachmadi, tak bisa menahan diri untuk mencicipi "Es Cobra". Kunjungan ke warung legendaris ini memuaskan rasa ingin tahunya terhadap es yang telah menjadi ikon kota ini.
"Es Cobra ternyata seperti ini wujudnya. Ada cokelat, susu, tape, cendol dawet, dan kolang-kaling," ujar Sinoeng.
Selain Es Cobra, Sinoeng juga mencicipi berbagai kuliner lainnya yang membuatnya ketagihan dan ramah di kantong. "Varian kuliner di Salatiga ternyata lengkap. Untuk itu, jika berkunjung ke Salatiga belum lengkap jika belum mencicipi aneka kulinernya," jelasnya.
Ia menambahkan, meski berada di kaki Gunung Merbabu yang terkenal dengan udaranya yang sejuk dan dingin, Salatiga menyimpan penjual es yang legendaris dan telah bertahan sejak 1984. Terletak di Jalan Kalipengging 4C, Es Cobra kini dikelola oleh generasi kedua keluarga pendirinya.
Oei San Nio (64) bercerita tentang usaha keluarganya yang berawal dari ibunya. "Bapak dulu montir, ibu berusaha membantu dengan membuka warung kelontong. Sempat ramai, namun berjalan satu-dua tahun sepi," katanya, Rabu (12/6/2024) sore.
"Kemudian berjualan aneka bubur dan ronde, tapi hanya malam hari dari pukul 17.00 sampai 21.00 WIB. Tahun 1980-an kan Salatiga sangat dingin," tambahnya.
Usaha berubah ketika ada saudara yang menyarankan untuk berjualan es di siang hari. Usul tersebut diterima, termasuk penamaan "Es Cobra", dan resmi dibuka pada 1984. "Tidak ada maksud lain, nama Es Cobra itu biar unik dan beda dengan yang lain. Jadi tidak ada kaitan dengan ular cobra, hanya sebatas nama," kata San.
Berjualan es ternyata menjadi ide yang cemerlang, karena Es Cobra diminati banyak orang. "Pembelinya kebanyakan pelanggan lama yang rindu dengan suasana saat mereka bekerja atau sekolah di Salatiga. Datang ke sini mengulang saat-saat itu," jelasnya. "Saya dari awal buka itu sudah membantu, jadi hafal semuanya. Dari isian, cara memasaknya, masih sama," ungkapnya.
"Es Cobra ini menggunakan sirup buatan sendiri, gula asli tanpa pengawet. Buah atau isian juga dimasak dulu, dibikin manisan. Bahan-bahannya dipilih yang terbaik, seperti buah nanas, pepaya, tape, dan leci," kata San.
Saat ini, varian es yang disajikan pun bertambah, termasuk es kencana, es sarang burung, es dawet, es roti, dan es buah.
San juga menyarankan pelanggan untuk mencoba aneka menu makanan yang tak ditemukan di tempat lain, salah satunya, Ayam Goreng Modern. "Ayamnya empuk, digoreng dengan bumbu khusus, disajikan dengan kuah saus yang rasanya unik dan segar dengan lalapannya," jelasnya.
Menu lainnya meliputi nasi liwet, nasi langgi, nasi lodeh, nasi sosis galantin, nasi opor sambal goreng, dan nasi sup. Harga es berkisar antara Rp 12.000 hingga Rp 18.000, sementara makanan dari Rp 18.000 sampai Rp 27.000.(*)